BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dananya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
Studi perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa para konsumen tidak selalu bertindak atau memberikan reaksi seperti yang dikemukakan dalam teori pemasaran. Studi mengenai perilaku konsumen memungkinkan para pemasar memehami dan meramalkan perilaku konsumen di pasar. Faktor-faktor lain yang menyumbang berkembangnya minat terhadap perilaku konsumen adalah tingkat percepatan pengembangan produk baru, pergerakan konsumen, kepedulian terhadap kebijakan publik, kepedulian terhadap lingkungan dan pembukaan pasar-pasar nasional di seluruh dunia.
Terkait dengan perilaku konsumen, maka terkait pula dengan prinsip 5W + 1H :
-Why : mengapa mendapatkan barang atau jasa tersebut ?
-What : berupa apa barang atau jasa tersebut ?
-Who : siapa yang mendapatkan barang atau jasa itu ?
-When : kapan bisa didapatkan barang atau jasa tersebut ?
-Where : dimana barang atau jasa tersebut bisa didapatkan ?
-How : bagaimana barang atau jasa tersebut didapatkan ?
TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
1).Konsumen Individu Pilihan merek dipengaruhi oleh ;
Kebutuhan konsumen, Persepsi atas karakteristik merek, dan Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia
2).Pengaruh Lingkungan Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh
Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan. Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi).
3. Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
Marketing strategy Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah : Barang, Harga, Periklanan dan Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.
BAB II
ISI
Artikel :
Cognitive dissonance
Pernahkah anda mengalami hal seperti di bawah ini. Ada suatu barang yang benar-benar ingin Anda beli. Setelah membandingkan beberapa jenis merek, Anda memutuskan untuk membeli salah satu merek dari barang tersebut yang dianggap paling bagus atau paling murah. Tapi setelah membeli merek tersebut, suatu saat Anda menemukan merek lain yang lebih bagus atau lebih murah daripada merek yang Anda beli. Tidakkah Anda merasa menyesal karena telah membuat pilihan yang salah.
Saya yakin kemungkinan besar Anda akan menyesal. Dalam psikologi penyesalan seperti ini merupakan salah satu bentuk dari ketidakseimbangan mental yang diakibatkan oleh kesalahan membeli merek atau barang. Seorang psikolog dari Amerika, Festinger, menamakan gejala ini sebagai Cognitive dissonance. Apabila seorang individu mengalami cognitive dissonance, mereka akan berusaha menyesuaikan kondisi ini supaya mental mereka kembali pada kondisi keseimbangan. Sebagai contoh, seorang perokok berat tahu bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. Akibatnya dia mengalami cognitive dissonance. Untuk mengurangi effek ini, dia akan mencari informasi yang menguntungkan baginya dan menghindari informasi yang merugikannya. Misalnya dia akan cenderung bergaul dengan sesama perokok dan menghindari informasi tentang bahayanya merokok.
Kembali pada kasus kesalahan memilih merek, penyesalan yang diakibatkan oleh kesalahan ini merupakan salah satu contoh cognitive dissonance. Untuk mengurangi rasa penyesalan ini, ada dua cara yang biasa dilakukan konsumen. Pertama adalah merubah persepsi tentang barang yang dia beli. Cara ini dia lakukan untuk meyakinkan diri sendiri bahwa merek yang dia beli adalah yang terbaik. Contohnya dengan cara mencari keunggulan merek yang dia beli yang tidak ada di merek-merek lain. Contoh lain adalah dengan menghindari iklan-iklan merek-merek lain.
Cara kedua untuk mengurangi cognitive dissonance adalah dengan merubah perilaku. Cara ini dilakukan apabila cara pertama dianggap tidak effektif. Contohnya adalah dengan menjual, membuang, atau memberikan kepada orang lain merek atau barang yang dia beli dan kemudian membeli merek lain yang dianggap lebih bagus. Bagi sebagian konsumen, dia akan menyebarkan hal-hal yang negatif tentang barang-barang yang dia beli.
Gejala cognitive dissonance telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Dalam suatu penelitian tentang persepsi konsumen terhadap suatu merek atau barang, peneliti menemukan persepsi konsumen setelah membeli barang lebih tinggi daripada sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa konsumen akan selalu mencari keunggulan merek yang mereka beli dan menghindari informasi tentang keunggulan merek-merek lain.
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan sutu produk dan jasa mereka/satu tindakan -tindakan, proses hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan sutu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalaman, dengan mempelajari 3 faktor perilaku konsumen. Dari artikel diatas ,menurut saya Untuk mengurangi rasa penyesalan dari Cognitive dissonance , ada dua cara yang biasa dilakukan konsumen. Pertama adalah merubah persepsi tentang barang yang dia beli. Cara kedua untuk mengurangi cognitive dissonance adalah dengan merubah perilaku. Cara ini dilakukan apabila cara pertama dianggap tidak effektif.sekarang kita harus berfikir untuk membeli apa yang kita butuhkan saja jangan membeli yang kita tidak butukan dan melihat orang - orang disekeliling kita. jangan hanya terbawa hawa nafsu saja. kita lihat di negara yang lebih maju yang memanfaatkan barang yang berguna saja. jarang mengikuti trend , mereka berfikir untuk membeli barang yang lebih berguna . kita seharusnya berfikir seperti itu agar negara kita lebih baik kedepannya.
Sumber :
http://lianvalianty.ngeblogs.com/artikel-perilaku-konsumen/
http://donydw.wordpress.com/category/perilaku-konsumen/page/2/
http://endutendut.blogspot.com/2011/03/perilaku-konsumen.html
1.10.11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1.10.11
Perilaku konsumen 1
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dananya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
Studi perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa para konsumen tidak selalu bertindak atau memberikan reaksi seperti yang dikemukakan dalam teori pemasaran. Studi mengenai perilaku konsumen memungkinkan para pemasar memehami dan meramalkan perilaku konsumen di pasar. Faktor-faktor lain yang menyumbang berkembangnya minat terhadap perilaku konsumen adalah tingkat percepatan pengembangan produk baru, pergerakan konsumen, kepedulian terhadap kebijakan publik, kepedulian terhadap lingkungan dan pembukaan pasar-pasar nasional di seluruh dunia.
Terkait dengan perilaku konsumen, maka terkait pula dengan prinsip 5W + 1H :
-Why : mengapa mendapatkan barang atau jasa tersebut ?
-What : berupa apa barang atau jasa tersebut ?
-Who : siapa yang mendapatkan barang atau jasa itu ?
-When : kapan bisa didapatkan barang atau jasa tersebut ?
-Where : dimana barang atau jasa tersebut bisa didapatkan ?
-How : bagaimana barang atau jasa tersebut didapatkan ?
TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
1).Konsumen Individu Pilihan merek dipengaruhi oleh ;
Kebutuhan konsumen, Persepsi atas karakteristik merek, dan Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia
2).Pengaruh Lingkungan Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh
Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan. Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi).
3. Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
Marketing strategy Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah : Barang, Harga, Periklanan dan Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.
BAB II
ISI
Artikel :
Cognitive dissonance
Pernahkah anda mengalami hal seperti di bawah ini. Ada suatu barang yang benar-benar ingin Anda beli. Setelah membandingkan beberapa jenis merek, Anda memutuskan untuk membeli salah satu merek dari barang tersebut yang dianggap paling bagus atau paling murah. Tapi setelah membeli merek tersebut, suatu saat Anda menemukan merek lain yang lebih bagus atau lebih murah daripada merek yang Anda beli. Tidakkah Anda merasa menyesal karena telah membuat pilihan yang salah.
Saya yakin kemungkinan besar Anda akan menyesal. Dalam psikologi penyesalan seperti ini merupakan salah satu bentuk dari ketidakseimbangan mental yang diakibatkan oleh kesalahan membeli merek atau barang. Seorang psikolog dari Amerika, Festinger, menamakan gejala ini sebagai Cognitive dissonance. Apabila seorang individu mengalami cognitive dissonance, mereka akan berusaha menyesuaikan kondisi ini supaya mental mereka kembali pada kondisi keseimbangan. Sebagai contoh, seorang perokok berat tahu bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. Akibatnya dia mengalami cognitive dissonance. Untuk mengurangi effek ini, dia akan mencari informasi yang menguntungkan baginya dan menghindari informasi yang merugikannya. Misalnya dia akan cenderung bergaul dengan sesama perokok dan menghindari informasi tentang bahayanya merokok.
Kembali pada kasus kesalahan memilih merek, penyesalan yang diakibatkan oleh kesalahan ini merupakan salah satu contoh cognitive dissonance. Untuk mengurangi rasa penyesalan ini, ada dua cara yang biasa dilakukan konsumen. Pertama adalah merubah persepsi tentang barang yang dia beli. Cara ini dia lakukan untuk meyakinkan diri sendiri bahwa merek yang dia beli adalah yang terbaik. Contohnya dengan cara mencari keunggulan merek yang dia beli yang tidak ada di merek-merek lain. Contoh lain adalah dengan menghindari iklan-iklan merek-merek lain.
Cara kedua untuk mengurangi cognitive dissonance adalah dengan merubah perilaku. Cara ini dilakukan apabila cara pertama dianggap tidak effektif. Contohnya adalah dengan menjual, membuang, atau memberikan kepada orang lain merek atau barang yang dia beli dan kemudian membeli merek lain yang dianggap lebih bagus. Bagi sebagian konsumen, dia akan menyebarkan hal-hal yang negatif tentang barang-barang yang dia beli.
Gejala cognitive dissonance telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Dalam suatu penelitian tentang persepsi konsumen terhadap suatu merek atau barang, peneliti menemukan persepsi konsumen setelah membeli barang lebih tinggi daripada sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa konsumen akan selalu mencari keunggulan merek yang mereka beli dan menghindari informasi tentang keunggulan merek-merek lain.
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan sutu produk dan jasa mereka/satu tindakan -tindakan, proses hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan sutu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalaman, dengan mempelajari 3 faktor perilaku konsumen. Dari artikel diatas ,menurut saya Untuk mengurangi rasa penyesalan dari Cognitive dissonance , ada dua cara yang biasa dilakukan konsumen. Pertama adalah merubah persepsi tentang barang yang dia beli. Cara kedua untuk mengurangi cognitive dissonance adalah dengan merubah perilaku. Cara ini dilakukan apabila cara pertama dianggap tidak effektif.sekarang kita harus berfikir untuk membeli apa yang kita butuhkan saja jangan membeli yang kita tidak butukan dan melihat orang - orang disekeliling kita. jangan hanya terbawa hawa nafsu saja. kita lihat di negara yang lebih maju yang memanfaatkan barang yang berguna saja. jarang mengikuti trend , mereka berfikir untuk membeli barang yang lebih berguna . kita seharusnya berfikir seperti itu agar negara kita lebih baik kedepannya.
Sumber :
http://lianvalianty.ngeblogs.com/artikel-perilaku-konsumen/
http://donydw.wordpress.com/category/perilaku-konsumen/page/2/
http://endutendut.blogspot.com/2011/03/perilaku-konsumen.html
PENDAHULUAN
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dananya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
Studi perilaku konsumen sebagai disiplin ilmu pemasaran yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa para konsumen tidak selalu bertindak atau memberikan reaksi seperti yang dikemukakan dalam teori pemasaran. Studi mengenai perilaku konsumen memungkinkan para pemasar memehami dan meramalkan perilaku konsumen di pasar. Faktor-faktor lain yang menyumbang berkembangnya minat terhadap perilaku konsumen adalah tingkat percepatan pengembangan produk baru, pergerakan konsumen, kepedulian terhadap kebijakan publik, kepedulian terhadap lingkungan dan pembukaan pasar-pasar nasional di seluruh dunia.
Terkait dengan perilaku konsumen, maka terkait pula dengan prinsip 5W + 1H :
-Why : mengapa mendapatkan barang atau jasa tersebut ?
-What : berupa apa barang atau jasa tersebut ?
-Who : siapa yang mendapatkan barang atau jasa itu ?
-When : kapan bisa didapatkan barang atau jasa tersebut ?
-Where : dimana barang atau jasa tersebut bisa didapatkan ?
-How : bagaimana barang atau jasa tersebut didapatkan ?
TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
1).Konsumen Individu Pilihan merek dipengaruhi oleh ;
Kebutuhan konsumen, Persepsi atas karakteristik merek, dan Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia
2).Pengaruh Lingkungan Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh
Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan. Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi).
3. Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
Marketing strategy Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah : Barang, Harga, Periklanan dan Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.
BAB II
ISI
Artikel :
Cognitive dissonance
Pernahkah anda mengalami hal seperti di bawah ini. Ada suatu barang yang benar-benar ingin Anda beli. Setelah membandingkan beberapa jenis merek, Anda memutuskan untuk membeli salah satu merek dari barang tersebut yang dianggap paling bagus atau paling murah. Tapi setelah membeli merek tersebut, suatu saat Anda menemukan merek lain yang lebih bagus atau lebih murah daripada merek yang Anda beli. Tidakkah Anda merasa menyesal karena telah membuat pilihan yang salah.
Saya yakin kemungkinan besar Anda akan menyesal. Dalam psikologi penyesalan seperti ini merupakan salah satu bentuk dari ketidakseimbangan mental yang diakibatkan oleh kesalahan membeli merek atau barang. Seorang psikolog dari Amerika, Festinger, menamakan gejala ini sebagai Cognitive dissonance. Apabila seorang individu mengalami cognitive dissonance, mereka akan berusaha menyesuaikan kondisi ini supaya mental mereka kembali pada kondisi keseimbangan. Sebagai contoh, seorang perokok berat tahu bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. Akibatnya dia mengalami cognitive dissonance. Untuk mengurangi effek ini, dia akan mencari informasi yang menguntungkan baginya dan menghindari informasi yang merugikannya. Misalnya dia akan cenderung bergaul dengan sesama perokok dan menghindari informasi tentang bahayanya merokok.
Kembali pada kasus kesalahan memilih merek, penyesalan yang diakibatkan oleh kesalahan ini merupakan salah satu contoh cognitive dissonance. Untuk mengurangi rasa penyesalan ini, ada dua cara yang biasa dilakukan konsumen. Pertama adalah merubah persepsi tentang barang yang dia beli. Cara ini dia lakukan untuk meyakinkan diri sendiri bahwa merek yang dia beli adalah yang terbaik. Contohnya dengan cara mencari keunggulan merek yang dia beli yang tidak ada di merek-merek lain. Contoh lain adalah dengan menghindari iklan-iklan merek-merek lain.
Cara kedua untuk mengurangi cognitive dissonance adalah dengan merubah perilaku. Cara ini dilakukan apabila cara pertama dianggap tidak effektif. Contohnya adalah dengan menjual, membuang, atau memberikan kepada orang lain merek atau barang yang dia beli dan kemudian membeli merek lain yang dianggap lebih bagus. Bagi sebagian konsumen, dia akan menyebarkan hal-hal yang negatif tentang barang-barang yang dia beli.
Gejala cognitive dissonance telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Dalam suatu penelitian tentang persepsi konsumen terhadap suatu merek atau barang, peneliti menemukan persepsi konsumen setelah membeli barang lebih tinggi daripada sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa konsumen akan selalu mencari keunggulan merek yang mereka beli dan menghindari informasi tentang keunggulan merek-merek lain.
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan sutu produk dan jasa mereka/satu tindakan -tindakan, proses hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan sutu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalaman, dengan mempelajari 3 faktor perilaku konsumen. Dari artikel diatas ,menurut saya Untuk mengurangi rasa penyesalan dari Cognitive dissonance , ada dua cara yang biasa dilakukan konsumen. Pertama adalah merubah persepsi tentang barang yang dia beli. Cara kedua untuk mengurangi cognitive dissonance adalah dengan merubah perilaku. Cara ini dilakukan apabila cara pertama dianggap tidak effektif.sekarang kita harus berfikir untuk membeli apa yang kita butuhkan saja jangan membeli yang kita tidak butukan dan melihat orang - orang disekeliling kita. jangan hanya terbawa hawa nafsu saja. kita lihat di negara yang lebih maju yang memanfaatkan barang yang berguna saja. jarang mengikuti trend , mereka berfikir untuk membeli barang yang lebih berguna . kita seharusnya berfikir seperti itu agar negara kita lebih baik kedepannya.
Sumber :
http://lianvalianty.ngeblogs.com/artikel-perilaku-konsumen/
http://donydw.wordpress.com/category/perilaku-konsumen/page/2/
http://endutendut.blogspot.com/2011/03/perilaku-konsumen.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar