2.7.12

RESENSI NOVEL

Diposting oleh vhia di 06.48

Judul buku      : Rumah Tanpa Jendela
Pengarang       : Asma Nadia
Penerbit           : KOMPAS
Editor              : Mulyawan Karim
Sutradara         : Aditya Gumay
Terbit               : Januari 2012
Isi                    : Novel 180 halaman, Skenario 199 halaman
Harga Buku     : Rp 50.000 (Novel + Skenario)

SINOPSIS

Rara (Dwi Tasya) gadis kecil berusia 8 tahun penghuni rumah tak berjendela di sebuah perkampungan kumuh di pinggiran jakarta. Ia mempunyai mimpi sederhana yaitu ingin memiliki jendela untuk rumah tripleksnya.
Si Mbok (Ingrid Widjanarko), neneknya Rara – yang sakit-sakitan dan ayahnya, Raga (Rafi Ahmad) yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja. Rara juga punya Bude, Asih (Yuni Shara).
Bersama teman-temannya yati, akbar,dan rafi sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khusus untuk anak jalanan. Bu Alya (Varissa Camelia) satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak-anak pemulung tersebut.
Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta – adalah Aldo (Emir Mahira) anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit terbelakang, merindukan seorang teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri (Aswin Fabanyo) dan Nyonya Ratna (Alicia Djohar). Kehadiran Nek Aisyah (Atie Kanser) – Ibu Pak Syahri menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya.
Asmarani Rosalba (lahir di Jakarta tahun 1972), lebih dikenal sebagai Asma Nadia, adalah penulis Indonesia. Saat ini dikenal sebagai Ketua Forum Lingkar Pena, suatu perkumpulan yang ikut dibidaninya untuk membantu penulis-penulis muda. Ia juga menjadi Ketua Yayasan Lingkar Pena, dan manajer Lingkar Pena Publishing House. Karena karya-karyanya ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai loka karya yang berkaitan dengan penulisan serta keperempuanan.

Buku ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang ingin mempunyai jendela dirumahnya. Rara tinggal bersama ibu dan bapaknya disebuah gubuk kecil. Ibunya yang penuh lemah lembut selalu mengajari rara untuk mengaji, sholat, dan selalu bersyukur. Rara mempunyai dua dunia didalam fikirannya, ibunya selalu mengajarkannya untuk bermimpi dan berimajinasi. Walaupun awalnya sulit kini rara mulai terbiasa sehingga dia selalu menghayal ke dunia imajinasinya. Suatu hari rara mendapat kabar akan mendapat adik baru, dia sangat senang mendengar kabar itu dari bapaknya. Kandungan ibunya sudah mulai membesar, saat itu hujan yang deras turun. Ibunya hanya seorang diri dirumah lalu sang ibu terpeleset karna tetesan air hujan masuk kedalam rumah dari genteng yang bocor. Rara yang baru pulang mengamen kaget melihat ibunya terkapar tak berdaya dilantai dengan darah yang terus mengalir dari kaki ibunya.Sejak saat itu ibunya meninggal dunia  dan rara sekarang tinggal dengan si Mbok, Bapak dan bude Asih.
Ayah rara berusaha mewujudkan mimpi anaknya. Dengan memberi kejutan lukisan jendela. Rara kecewa karena jendelanya tidak berlubang. Saat bertemu tukang kusen jendela, raga menukar ikan yang dijual dengan kusen. Apadaya kebakaran telah merenggut impian. Akhirnya bapak rara meninggal dan si Mbok dirawat dirumah sakit. Suatu hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak kejadian itu Rara bersahabat dekat dengan Aldo. Sampai Aldo mau menyumbangkan buku di sekolah perkampungan kumuh. Aldo anak orang kaya yang punya keterbelakangan mental. Saat suatu peristiwa terjadi di rumah Aldo semua panik karena karena Aldo minggat dari rumah, kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan merasa malu memiliki adik seperti dirinya.
Novel yang dikembangkan dari cerpen Asma yang berjudul Jendela Rara, ini mengangkat tema yang sangat sederhana. Namun mampu membeberkan permasalahan di dua kelompok masyarakat Jakarta. Si kaya dengan ketidakbersyukurannya, dan si miskin dengan ketidakberdayaannya sebagai kaum papa. Akan kamu temukan cerita cinta, sedikit komedi, persahabatan, dan perjuangan, di dalamnya.
Kelemahan dalam novel ini adalah alur ceritanya yang sedikit melompat-lompat sehingga pembaca merasa agak binggung untuk memahaminya. Seandainya cerita dikemas dalam bentuk tulisan yang mengalir tanpa harus tiba-tiba membahas satu orang atau satu kejadian berbeda di tengah cerita pasti akan lebih bagus.
Berkat alur ceritanya yang inspiratif, cerpen yang terbit pada Januari 2011 ini telah diadaptasi menjadi film layar lebar berjudul sama yang dibintangi Dwi Tasya dan Emir Mahira. Cerpen lain karya Asma Nadia, Emak ingin naik Haji, juga pernah diangkat ke layar lebar dan meraih banyak penghargaan. Novel dan Filmnya sangat menyentuh hati. Layak untuk ditonton...

Buka jendelamu, buka jendela hati kita .. ^_^



0 komentar:

Posting Komentar

2.7.12

RESENSI NOVEL


Judul buku      : Rumah Tanpa Jendela
Pengarang       : Asma Nadia
Penerbit           : KOMPAS
Editor              : Mulyawan Karim
Sutradara         : Aditya Gumay
Terbit               : Januari 2012
Isi                    : Novel 180 halaman, Skenario 199 halaman
Harga Buku     : Rp 50.000 (Novel + Skenario)

SINOPSIS

Rara (Dwi Tasya) gadis kecil berusia 8 tahun penghuni rumah tak berjendela di sebuah perkampungan kumuh di pinggiran jakarta. Ia mempunyai mimpi sederhana yaitu ingin memiliki jendela untuk rumah tripleksnya.
Si Mbok (Ingrid Widjanarko), neneknya Rara – yang sakit-sakitan dan ayahnya, Raga (Rafi Ahmad) yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja. Rara juga punya Bude, Asih (Yuni Shara).
Bersama teman-temannya yati, akbar,dan rafi sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khusus untuk anak jalanan. Bu Alya (Varissa Camelia) satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak-anak pemulung tersebut.
Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta – adalah Aldo (Emir Mahira) anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit terbelakang, merindukan seorang teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri (Aswin Fabanyo) dan Nyonya Ratna (Alicia Djohar). Kehadiran Nek Aisyah (Atie Kanser) – Ibu Pak Syahri menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya.
Asmarani Rosalba (lahir di Jakarta tahun 1972), lebih dikenal sebagai Asma Nadia, adalah penulis Indonesia. Saat ini dikenal sebagai Ketua Forum Lingkar Pena, suatu perkumpulan yang ikut dibidaninya untuk membantu penulis-penulis muda. Ia juga menjadi Ketua Yayasan Lingkar Pena, dan manajer Lingkar Pena Publishing House. Karena karya-karyanya ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai loka karya yang berkaitan dengan penulisan serta keperempuanan.

Buku ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang ingin mempunyai jendela dirumahnya. Rara tinggal bersama ibu dan bapaknya disebuah gubuk kecil. Ibunya yang penuh lemah lembut selalu mengajari rara untuk mengaji, sholat, dan selalu bersyukur. Rara mempunyai dua dunia didalam fikirannya, ibunya selalu mengajarkannya untuk bermimpi dan berimajinasi. Walaupun awalnya sulit kini rara mulai terbiasa sehingga dia selalu menghayal ke dunia imajinasinya. Suatu hari rara mendapat kabar akan mendapat adik baru, dia sangat senang mendengar kabar itu dari bapaknya. Kandungan ibunya sudah mulai membesar, saat itu hujan yang deras turun. Ibunya hanya seorang diri dirumah lalu sang ibu terpeleset karna tetesan air hujan masuk kedalam rumah dari genteng yang bocor. Rara yang baru pulang mengamen kaget melihat ibunya terkapar tak berdaya dilantai dengan darah yang terus mengalir dari kaki ibunya.Sejak saat itu ibunya meninggal dunia  dan rara sekarang tinggal dengan si Mbok, Bapak dan bude Asih.
Ayah rara berusaha mewujudkan mimpi anaknya. Dengan memberi kejutan lukisan jendela. Rara kecewa karena jendelanya tidak berlubang. Saat bertemu tukang kusen jendela, raga menukar ikan yang dijual dengan kusen. Apadaya kebakaran telah merenggut impian. Akhirnya bapak rara meninggal dan si Mbok dirawat dirumah sakit. Suatu hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak kejadian itu Rara bersahabat dekat dengan Aldo. Sampai Aldo mau menyumbangkan buku di sekolah perkampungan kumuh. Aldo anak orang kaya yang punya keterbelakangan mental. Saat suatu peristiwa terjadi di rumah Aldo semua panik karena karena Aldo minggat dari rumah, kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan merasa malu memiliki adik seperti dirinya.
Novel yang dikembangkan dari cerpen Asma yang berjudul Jendela Rara, ini mengangkat tema yang sangat sederhana. Namun mampu membeberkan permasalahan di dua kelompok masyarakat Jakarta. Si kaya dengan ketidakbersyukurannya, dan si miskin dengan ketidakberdayaannya sebagai kaum papa. Akan kamu temukan cerita cinta, sedikit komedi, persahabatan, dan perjuangan, di dalamnya.
Kelemahan dalam novel ini adalah alur ceritanya yang sedikit melompat-lompat sehingga pembaca merasa agak binggung untuk memahaminya. Seandainya cerita dikemas dalam bentuk tulisan yang mengalir tanpa harus tiba-tiba membahas satu orang atau satu kejadian berbeda di tengah cerita pasti akan lebih bagus.
Berkat alur ceritanya yang inspiratif, cerpen yang terbit pada Januari 2011 ini telah diadaptasi menjadi film layar lebar berjudul sama yang dibintangi Dwi Tasya dan Emir Mahira. Cerpen lain karya Asma Nadia, Emak ingin naik Haji, juga pernah diangkat ke layar lebar dan meraih banyak penghargaan. Novel dan Filmnya sangat menyentuh hati. Layak untuk ditonton...

Buka jendelamu, buka jendela hati kita .. ^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Bocah Petualang Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea